Aksara jawa merupakan sastra jendra hayuningrat
pangruwating diyu yang artinya adalah ilmu keselamatan untuk meruwat
sifat-sifat angkara di dunia ini baik di dunia mikro (diri sendiri) maupun
dunia makro (lingkungan sekitar). Sastra adiluhung atau ilmu luhur yang
merupakan ujung pengetahuan atau kawruh kesempurnaan hingga saat ini.
Aksara jawa mengandung makna yang sangat dalam dan luar
tentang gumelaring dumadi dan pembabaring titah atau yang disebut rahasia jati
diri. Asal-usul terjadinya manusia yaitu terciptanya manusia dari cahaya Allah
swt. Yang bersifat tiga, tri tunggal maha suci yang merasuk busana
anasir-anasir (unsure-unsur hawa, air, api, tanah/bumi) sebagai wadah yaitu
badan jasmani kasar.
Uraian aksara jawa:
v
HA - Huripku cahyaning Allah (hidupku
adalah cahaya Allah).
Sebelum ada apa-apa dan sebelum
alam semesta beserta isinya ini tercipta adalah sang hidup ya allah yang berada
dialam awing-uwung yang tiada awal dan akhir, yaitu alam kahanan Allah yang
masih rahasia/alam sejati. Sebelum alam semesta tercipta Allah berkehendak
menurunkan roh suci/cahaya allah/nur Muhammad, ya cahaya allah itulah hidupku,
hidup kita yang maha suci. Alam sejati adalah alam yang tidak mengandung
anasir-anasir yang berbeda di dalam tubuh manusia dimana cahaya allah
bersemayam, alam sejati diselubungi/menyelubingi dua alam beranasir, yaitu
halus (ghaib) dan kasar (nyata), dapat pula diartikan badan manusia berada di
alam sejati.
v NA
– Nur hurip cahya
wewayangan (Nur hidup cahaya yang membayang)
hidup merupakan kandang nur yang
memancarkan cahaya kehidupan yang membayang yang merupakan rahasia Allah,
kehidupan yang maha mulia. Tri tunggal maha suci berada dipusat hidup. Sang tri
tunggal adalah Allah ta’ala/gusti Allah/guru sejati dan roh suci/nur
Muhammad/pepanjer. Diuraikan diatas bahwa ketiga alam yaitu badan kasar,badan
halus dan alam sejati mengambil ruang didalam badan jasmani kasar secara
bersamaan, namun kebanyakan kita tidak/belum menyadari akan alam sejati atau samar-samar,
nur hidup bagaikan cahaya samar yang membayang.
v CA
– Cipta
rasa karsa kwasa (Cipta rasa karsa kuasa)
Nur hidup member daya kepada
rasa/sir artinya cahaya allah/roh suci menghidupkan rasa/rasa sejati/sir yang
merupakan sumber kuasa,kemudian rasa/ rahsa sejati/ sir menghidupkan roh/ sukma
yang merupakan adanya cipta.
v RA
– Rasa kwasa tetunggaling pangrih (Rasa kuasa akan adanya
satu-satunya wujud kendali/yang memerintah)
Rasa/rahsa sejati/sir yang
memberi daya hidup kepada roh/sukma sehingga roh/ sukma dapat menguasai nafsu
sehingga terjadilah sifat yang maha tinggi.
v KA
- Karsa kwarsa kang tanpa kersa lan niat (karsa kuasa tanpa
disadari oleh kehendak dan niat).
Yang mendasari kuasa agung
adalah kasih yang tulus tanpa kehendak tanpa niat. Pamrihnya hanyalah
terciptanya kasih yang berkuasa memayu hayuning bawana alit (diri sendiri) dan
bawana ageng (lingkungan).
v
DA – Dumadi kang kinarti (Tumita
menjadi ada terjadi dengan membawa maksud, rencana dan makna)
Ini berkaitan dengan karsa Allah
menciptakan manusia, makhluk lain dan alam semesta beserta isinya yang sesuai
dengan rencana Allah.
v
TA – Tetep jumeneng ing dzat kang
tanpa niat (Tetap berada dalam zat yang tanpa niat)
Dat atau zat tanpa bertempat
tinggal yang merupakan awal mula adalah zat maha suci yang bersifat esa,
langgeng dan eneng, hidup sejati kita menyatu dan berada didalam zat. Maka
didalam kehidupan saat ini agar selaras dengan dzat yang maha suci, situasi
tanpa kehendak/ niat atau mati sajroning urip (mati didalam hidup) dengan kata
lain hidup didalam kematian seyogyanya diupayahkan.
v
SA – Sifat hana kang tanpa wiwit
(sifat ada yang tanpa awal)
Ini adalah sifat sang hidup
(Allah) dialam sejati tiada awal dan tiada akhir
“AKULAH ALPHA DAN OMEGA” demikian pula hidup sejatinya manusia sudah ada
sebelumnya, tiada awal mula yang bersatu dialam sejati yang langgeng yang
merupakan kerajaan/kahanan Allah ya sangkang paraning dumadi.
v
WA – Wujud hana tan kena kinikira
(Wujud ada tiada dapat diuraikan/dijelaskan)
Adanya wujud namun tiada dapat
diuraikan/dijelaskan, ini adalah menerangkan keadaan Allah, yang sangat serba
samar, tiada rupa, tiada bersuara, bukan lelaki bukan perempuan, tiada
terlihat, tiada bertempat, dijamah disentuh tiada dapat, sebelum adanya dunia
dan akhirat yang ada adalah hidup kita.
v
LA – Lali eling wewatasane (Lupa
ingat adalah batasnya)
Untuk dapat selalu berada
didalam jalan keselamatan/rahayu maka haruslah selalueling/ingat akan sangkan
paraning dumadi dan eling akan menitahkan/sumber hidup, selalu ingat akan tata
laku setiap tindak-tanduk yang dijalankannya agar selaras dengan karsa Allah.
Lali/lupa akan menjauhkan diri dari sangkan paraningdumadi dan menjerumuskan ke
dalam kegelapan.
v PA
– Papan kang tanpa
kiblat (Papan tak berkiblat)
Ini
adalah menerangkan alam sejati atau kerajaan Allah yang tiada dapat diterangkan
bagaimana dan dimana orientasinya, bagaikan papan yang tiada
utara-selatan-barat-timur-atas-bawah (gemandul tanpa centelan).
v DHA
– Dhuwur wekasane
endhewiwitane (tinggi luhur pada akhirnya ,rendah pada awalnya)
Untuk
memperoleh tingkatan luhuring batin menjadi insane kamil/insane sempurna memang
tidak dapat seketika, mesti diperoleh setapak-setapak dari bawah demikian pula
dalam hal ilmu kesempurnaan, dalam mencapai tataran ma’rifat tidaklah dapat
langsung melopncat untuk bisa mengetahui dan memahami makna HA maka haruslah
dicapai dari NGA, sebelum mencapai sembah rasa haruslah dilalui sembah raga dan
sembah jiwa/kalbu terlebih dahulu.
v JA
– Jumbuhing kawula
lan gusti (Bersatunya antara hamba dan tuannya)
Bersatunya
titah dan yang menitahkannya, untuk mencapainya maka kesempurnaan hiduplah yang
di upaya yaitu sesuai apa yang dimaksud dalam syahadat, maka semasa hidup
didunia bersatunya/sinkronisasi roh sejati, ingsun yang jumeneng pribadi dan
busana kamanungsan haruslah terjaga. Bagaikan keris manjing dalam warangkanya
dan warangka manjing di dalam keris . untuk mencapai kesatuan antara kawula lan
gusti (manunggaling kawula gusti) maka tuntutan seorang guru yaitu guru sejati
(didalam diri) menjadi dominan, untuk memperolehnya maka tidaklah mudah harus
dengan disiplin keras bagaikan kerasnya usaha sunan kalijaga (dalam suluk
linglung) yang digambarkan melalui seorang bima menemukan dewa ruci dalam
mencari tirta pawitra.
v YA
– Yen rumangsa
tanpa kersa (kalau merasa tanpa berkehendak)
Hanya
rela, neriman/ikhlas,pasrah kepada Allah tanpa pamrih lain-lain namun karena
dorongan kasih sajalah yang akhirnya dapat menjadi perekat yang kuat antara
asal dan tujuan.
v NYA
– Nyata tanpa mata,
ngerti tanpa diwuruki ( melihat tanpa mata, mengerti tanpa diajari)
Kalau
anugerah Allah telah diterima. Maka dapat melihat hal-hal yang kasat mata
karena mata batin telah terbuka, selain itu kuasa-kuasa agung akan diberikan
oleh Allah lewat guru sejati sehingga kegaiban-kegaiban yang merupakan misteri
kehidupan dapat dimengertinya dan di selaminya, mendapatkan ilmu kasampurnaan
dari sanubarinya.
v MA
– Mati bisa bali
(Mati bisa kembali).
Kasih
Allah yang luar biasa selalu memberikan ampunan kepada setiap manusia yang mati
terjatuh dalam dosa dan salah. Matinya raga atau badan hanyalah matinya keempat
anasir (unsur-unsur api, air, hawa, dan tanah) yang tadinya tiada kembali
ketiada,namun roh yang sifatnya kekal tiada pernah mati akan kembali kea lam
sejati yang tiada awal dan tiada akhir, namun apabila selama hidupnya didunia
tidak sesuai dengan karsa Allah,
melupakan Allah dan ajaran guru sejati, tiada dapat ngeracut busana
kamanungsannya untuk tindakan-tindakan budi luhur maka tidaklah dapat langsung
kembali kealam sejati, namun terperosok kesasar kea lam yang tingkatnya lebih
rendah sesuai bobot kesalahannya, atau dititahkan kembali yang kesemua itu
untuk dapat memperbaiki kesalahannya.
v GA
– Guru sejati kang
muruki (Guru sejati yang mengajari)
Sumber
dari segala sesuatu adalah Allah,yang dipancarkan lewat guru sejati, maka hanya
kepadanyalah tuntunan harusnya diperoleh. Petunjuk guru sejati hanya dapat
berhasil meracut busana kamanungsanya. (Mengendalikan hawa nafsu/keinginan),
disinilah akan tercapai guruku ya AKU, muridku ya AKU.
v BA
– Bayu sejati kang
hanadalani (Dengan bantuan bayu sejati)
Daya
kekuatan sejati yang merupakan bayangan daya kekuatan Allah lah yang mendorong
pencapaian tingkatyang lebih tinggi atau maksud spiritual yang berarti.
v THA
– Thukul saka niat
(Tumbuh dari niat)
Niat
menuju kearah sangkan paraning dumadi yang didasari kesucian, tanpa kehendak
ataupun keinginan ataupun pamrih keduniawian timbul niat suci karena dasarnya
adalah cinta dan kasih ilahi
v NGA
– ngeracut
busananing manungsa (merajut pakaian-pakaian kemanusiaannya)
Busana
kemanusiaan adalah empat anasir yang dimanifestasikan dalam wujud sedulur papat
serta lima sedulur lainnya, kesembilan saudara tersebut harus dikuasai ,
dijalin dnegan memahami kelebihan dan kekurangan agar tercapai iklim harmoni
dalam perjalanan hidup didunia ini yang pada akhirnya tercapilah
kesempurnaan/keselamatan hidup.